<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; mso-layout-grid-align:none; punctuation-wrap:simple; text-autospace:none; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>
Bangkok ( Berita ) : Seorang pejabat senior Thailand menemui duta besar dari negara-negara tetangga, Jumat, untuk membahas masalah imigrasi ilegal setelah muncul tuduhan bahwa militer Thailand telah meninggalkan orang-orang perahu yang putus asa di laut terbuka untuk mati.
Tuduhan itu, tampaknya didukung oleh sejumlah foto dan saksi, makin memperburuk citra ramah-wisatawan kerajaan Thailand, yang telah dirusak oleh demonstrasi massa yang menutup bandara akhir tahun lalu.
PBB telah menyampaikan keprihatinan, tapi pemerintah Thailand membantah telah melakukan pelanggaran dan mengatakan mereka sedang menghadapi "masalah regional".
"Pertemuan itu membicarakan masalah Rohingya dan memusatkan perhatian pada pertukaran panduan operasional dan informasi yang berkaitan dengan Rohingya guna mencari solusi (bersama) mengenai masalah tersebut," jurubicara kementerian luar negeri Tharit Charungvat mengatakan.
Pembicaraan lebih lanjut diusulkan pada pertemuan itu, antara sekretaris tetap kementerian luar negeri Thailand, Viraksakdi Frutrakul, dan duta besar dari Myanmar, India, Bangladesh, Indonesia dan Malaysia, katanya.
"Pertemuan itu menyepakati bahwa masalah tersebut merupakan masalah regional yang satu negara saja tidak dapat memecahkannya," Tharit menambahkan.
Mereka yang selamat dan kelompok hak asasi manusia telah menuduh angkatan darat dan angkatan laut Thailand telah menahan dan memukuli 1.000 anggota minoritas Rohingya Myanmar akhir tahun lalu, sebelum menyeret mereka ke laut dengan sedikit makanan dan air.
Hampir 650 Muslim Rohingya telah diselamatkan di perairan lepas pantai India dan Indonesia. Beberapa dari mereka mengatakan pada pejabat bahwa mereka telah dipukuli di Thailand sebelum diapungkan dalam perahu tongkang dengan tanpa mesin dan peralatan navigasi.
Myanmar secara efektif menolak hak kewarganegaraan minoritas Muslim Rohingya di negara bagian North Rakhine barat, yang menyebabkan penyiksaan dan eksploitasi mereka, dan memaksa ribuan orang melarikan diri ke luar negeri, sebagian besar ke Bangladesh.
Badan pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan 80 dari imigran itu telah ditahan di pulau Koh Sai Daeng di lepas pantai Thailand di Laut Andaman. Sebanyak 46 orang yang lain telah diserahkan pada militer Thailand dengan tanpa informasi lebih lanjut mengenai tempat mereka sekarang ini, katanya. Pada Selasa badan PBB itu minta pemerintah Thailad akses ke 126 pengungsi untuk menaksir kebutuhan mereka.
Namun PM Abhisit Vejjajiva sejauh ini telah menolak permintaan itu dan seorang kolonel angkatan darat dari Ranong yang menolak disebutkan namanya Jumat membantah bahwa militer telah menahan pengungsi Rohingya.
Militer mengatakan mereka sedang menyelidiki insiden itu, tapi jurubicara Kolonel Sunsern Kaewkumnerd mengatakan mereka telah mengikuti prosedur imigrasi yang lebih baik. Pengungsi yang tersisa yang diselamatkan di lepas pantai Indonesia dan India masih ditahan.
India Jumat mengatakan sekitar 440 pengungsi telah diangkut dengan feri dari berbagai pulau di gugusan kepulauan Andaman ke ibukota Port Blair tempat mereka ditahan dalam kamp tahanan berkeamanan tinggi.
Penyelidikan bersama polisi-militer sekarang sedang berlangsung untuk menentukan identitas orang-orang yang berbicara dalam bahasa Bengali, jurubicara militer India Abhinav Bharve mengatakan. "Sejauh ini kami telah menerima versi mereka bahwa mereka adalah anggota suku Rohingya, tapi kami perlu tahu siapa mereka sebenarnya," ia menambahkan.
UNHCR mengatakan mereka telah minta pada pemerintah Indonesia, akses ke 174 orang Rohingya dan 19 orang Bangladesh yang ditahan di sebuah pangkalan angkatan laut di Sumatra.
Pemerintah Indonesia sejauh ini telah menolak permintaan itu tapi mengatakan para pengungsi tersebut dalam keadaan sehat dan telah diberi bantuan kemanusiaan. ( ant/afp)
baca selengkapnya di beritasore